MAKALAH
KEMATANGAN BERAGAMA DAN MENIFESTASINYA
DALAM KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN
Tugas ini di susun guna melengkapi tugas
mata kuliah Psikologi Agama yang diampu
oleh
Dr. Mukti Ali, M.Hum

Disusun oleh:
Rudi Triyo Bowo :111-11-082
Muhamad Lutfi Aziz :111-11-110
Agus Yulis Setiawan :111-11-211
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan manusia mengalami proses perkembangan. Dalam
perkembangan tersebut manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu
perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani tampak nyata
pada perubahan bentuk fisik manusia
mulai dari bayi sampai dewasa. Sedangkan
perkembangan rohani seseorang diukur berdasarkan tingkat kemampuan,
pencapaian tingkat kemampuan tertentu bagi perkembangan rohani disebut istilah
kematangan . Kematangan itu bermacam-macam, salah satunya kematangan terhadap
kegiatan beragama. Kematangan ini menandai apakah orang dalam kesehariannya
mampu memahami dan mengamalkan ajaran agamanya atau tidak.
Kita dapat menilai seseorang matang atau tidak dalam beragama adalah dengan
mengamati perilaku kesehariannya dalam keberagamaan. Dalam makalah ini kami
mencoba untuk memaparkan kriteria orang yang matang beragama yang erat
kaitannya dengan perkembangan manusia dan juga pengertian perilaku keberagamaan
serta manifestasi kematangan beragama dalam perilaku keberagamaan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kematangan beragama ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi
kematangan beragama ?
3. Apakah pengertian perilaku keberagamaan ?
4. Bagaimana manifestasi kematangan beragama
dalam kehidupan keberagamaan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini selain memenuhi tugas mata kuliah
psikologi agama, juga agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian
kematangan beragama serta manifestasi atau perwujudan dalam perilaku keberagamaan
sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Matang Beragama.
Di dalam kehidupan manusia mengalami proses perkembangan. Dalam
perkembangan tersebut manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu
perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani sering juga
disebut pertumbuhan fisik tampak nyata pada perubahan bentuk fisik manusia
mulai dari bayi sampai dewasa.
Sedangkan perkembangan rohani
seseorang diukur berdasarkan tingkat kemampuan, pencapaian tingkat kemampuan tertentu
bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan. Kematangan itu
bermacam-macam, salah satunya kematangan terhadap kegiatan beragama. Kematangan
ini menandai apakah orang dalam kesehariannya mampu memahami dan mengamalkan
ajaran agamanya atau tidak.
Secara garis besar kematangan beragama seseorang adalah kemampuan seseorang
untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai
luhurnya. Orang tersebut menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah
laku. Nilai-nilai tersebut menjadi ciri dari kematangan beragama, jadi
kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami,
menghayati serta mewujudkan nilai-nilai
luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tersebut menganut suatu agama karena
menurut keyakinannya agama tersebutlah yang terbaik. Karena itu ia berusaha
menjadi penganut yang baik, keyakinan itu ditampilkannya dalam sikap dan
tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap agamanya.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan
Beragama
Sama dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan
psikologi seseorang, kematangan beragama seseorang juga dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor intern dan ekstern.
1. Faktor intern yaitu sesuatu yang
berasal dari seseorang tersebut. Faktor intern yang dapat mempengaruhi
perkembanagan kematangan beragama seseorang antara lain :
a) Kondisi fisik dan stuktur tubuh.
b) Koordinasi motorik.
c) Kemampuan mental yang meliputi kecerdasan,
hambatan mental serta bakat khusus.
2. Faktor ekstern yaitu sesuatu yang
berasal dari lingkungan seseorang tersebut. Mulai dari lingkungan keluarga
sampai dengan lingkungan dimana seseorang tersebut hidup sehingga membentuk
karakter.
Selain itu ada faktor lain yang juga mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang yaitu kebudayaan tempat dimana seseorang itu dibesarkan. Kebudayaan
turut mempengaruhi pembentukan pola tingkah laku serta berperan dalam
pembentukan kepribadian. Kebudayaan yang menekankan pada norma yang didasarkan
kepada nilai-nilai luhur seperti kejujuran, loyalitas, kerja sama bagaimanapun
akan memberi pengaruh dalam pembentukan pola dan sikap yang merupakan unsur
dalam kepribadian seseorang.
Dalam kehidupan normal
seorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan akan memiliki pola kematangan rohani
seperti kematangan berpikir, kematangan kepribadian, kematangan emosi ataupun
kematangan beragama. Tetapi dalam praktek yang terjadi adakalanya antara
kedewasaan jasmani dan kematangan rohani ini tidak berjalan sejajar. Secara fisik
(jasmani) seseorang mungkin sudah dewasa, tetapi secara rohani ia ternyata
belum matang.
Selain itu dalam kehidupan tidak jarang dijumpai seseorang yang taat beragama
dilatar belakangi oleh berbagai pengalaman agama serta tipe kepribadian masing-masing. Kondisi seperti
ini menurut temuan psikologi agama mempengaruhi sikap keagamaan seseorang.
Dengan demikian pengaruh tersebut secara umum memberi ciri-ciri tersendiri
dalam sikap keberagamaan masing-masing.
C. Pengertian Perilaku Keberagamaan
Perilaku (behavior) adalah segala tindakan yang dilakukan oleh organisme.
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang atau
lingkungan
Sedangkan agama dan berasal dari bahasa Sansekerta,
yaitu dari akar kata a yang berarti tidak, dan gama berarti kacau atau kocar-kacir. Dengan demikian agama dapat berarti tidak
kacau atau tidak kocar-kacir. Pengertian serupa ini tampak sejalan dengan akal,
karena dilihat dari segi peranan yang dimainkannya, agama dapat memberikan
pedoman hidup bagi manusia agar memperoleh ketentraman, keterarutan, kedamaian
dan jauh dari kekacauan dalam hidupnya.
Menurut Ahmad Tafsir,
beragama adalah masalah sikap. Di dalam Islam, sikap beragama itu intinya
adalah iman. Jadi yang dimaksud beragama pada intinya adalah beriman.
Perilaku beragama merujuk kepada aspek
rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang
merefleksikan serta mempraktekan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang
bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.
Dengan demikian perilaku beragama adalah
segala aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang berkaitan dengan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Dengan kata lain,
tingkah laku atas norma-norma, nilai atau ajaran dan doktrin-doktrin agama yang
dianutnya. Dalam ajaran Islam , perilaku agama merupakan perilaku yang
didasarkan atas nilai-nilai agama Islam, baik yang bersifat vertikal maupun
yang bersifat horizontal.
Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan
manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan
perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang
didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan
aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak
tampak dan terjadi dalam hati seseorang.
Menurut Glock dan Stark (Robertson, 1998), ada lima macam dimensi
keberagamaan, yaitu :
1. Dimensi keyakinan.
Dimensi ini berisi pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada
pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran tertentu.
2. Dimensi praktek agama.
Dimensi ini mencakup
perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan
komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3. Dimensi Penghayatan.
Dimensi ini berisikan
dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan
tertentu.
4. Dimensi pengetahuan agama.
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling
tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan,
kitab suci dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi pengamalan atau konsekuensi.
Dimensi ini mengacu
pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari.
Dari kelima dimensi tersebut di atas,
dimensi tersebut merupakan kaitan antara iman, ilmu dan amal. Dimesi keyakinan
merupakan cakupan dari aspek iman, dimensi pengetahuan agama merupakan cakupan
dari aspek ilmu dan dimensi pengalaman merupakan cakupan dari aspek amal.
Kemudian dari aspek amal terbagi menjadi dua yaitu amal yang langsung
berhubungan dengan pencipta contohnya shalat, puasa, haji dan sebagainya dan
amal yang berhubungan dengan manusia atau mu’amalah seperi berbuat baik
terhadap tetangga, menghormati kedua orang tua dan lain-lain.
Perilaku keberagamaan merupakan respon dari
realitas mutlak sesuai dengan konsep Untuk mewujudkan satuan perilaku beragama
diperlukan suatu proses panjang ynag menyangkut dimensi kemanusiaan baik pada
aspek kejiwaan, perorangan maupun kehidupan kelompok. Unsur ini
disimpulkan dari sifat ajaran agama yang menjangkau keseluruhan hidup manusia,
karena manusia memiliki dimensi kejiwaan perorangan atau kelompok.
D. Manifestasi Kematangan Beragama dalam
Kehidupan Keberagamaan
Dalam pandangan Islam, manusia dilahirkan
dengan dianugerahi potensi keberagamaan (spiritual). Seiring dengan
perkembangan fisik dan psikis (mental) yang dialami oleh setiap orang dari fase
ke fase, maka perkembangan tingkat keberagamaannya pun berbeda-beda. Adanya
perbedaan dalam memahami agama dan adanya perbedaan perkembangan karakteristik
dalam berbagai aspek pada setiap orang, menjadikannya pula berbeda-beda dalam
tingkat keberagamaan.
Selain itu perbedaan keberagaman dalam
beragama juga berawal dari perbedaan kedudukan dan derajat mempengaruhi pula
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik mereka. Di dalam Al-Quran juga terdapat
adanya tingkatan-tingkatan keberagamaan dalam istilah tingkat muttaqin, tingkat
mu’min dan tingkat muhsin.
Dalam manifestasinya perilaku keberagamaan
diukur dari aspek aqidah, ibadah, dan akhlaknya. Tetapi, karena aqidah
merupakan hal yang bersifat abstrak dan penelusurannya sangat sulit melalui
inderawi, maka pengukuran tingkat keberagamaan seseorang dapat ditelusuri
melalui rutinitas pelaksanaan ibadahnya dan penampilannya melalui akhlaknya.
1. Rutinitas pelaksanaan ibadah, tercakup di
dalamnya ibadah wajib dan sunnat.
2. Pada masalah akhlak tercakup di dalamnya akhlak al-mahmudah dan akhlak
mazmumah. Akhlak al-mahmudah misalnya kepatuhan terhadap kedua
orangtua, menghormati guru dan etika dalam berpakaian. Sedangkan akhlak
mazmumah adalah membantah kedua orangtua, tidak menghormati guru dan
tidak beretika dalam menggunakan pakaian.
Kebanyakan dalam pelaksanaannya walaupun
tidak menjalankan ajaran agama secara konsekuen, tetapi mereka tetap percaya
akan adanya Tuhan, bahkan telah bersaksi melalui syahadat, maka minimal
mereka menempati kategori Mukmin dalam arti percaya terhadap Tuhan. Dengan kata
lain, seorang Muslim yang mengakui adanya ajaran agama, tetapi ia tidak
melaksanakannya secara konsekuen, maka orang tersebut tidak boleh dicap sebagai
kafir dalam arti telah keluar dari Islam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan pada manusia terjadi dalam dua
macam yaitu perkembangan jasmani atau fisik dan perkembangan rohani atau
psikis. Perkembangan jasmani tampak nyata pada perubahan bentuk fisik manusia mulai dari bayi sampai dewasa.
Sedangkan perkembangan rohani seseorang
diukur berdasarkan tingkat kemampuan, pencapaian tingkat kemampuan tertentu
bagi perkembangan rohani disebut istilah kematangan. Kematangan itu
bermacam-macam, salah satunya kematangan terhadap kegiatan beragama. Kematangan
ini menandai apakah orang dalam kesehariannya mampu memahami dan mengamalkan
ajaran agamanya atau tidak.
Dalam pelaksanaanya perilaku keberagamaan
diukur dari aspek aqidah, ibadah, dan akhlaknya. Tetapi, karena aqidah
merupakan hal yang bersifat abstrak dan penelusurannya sangat sulit melalui
inderawi, maka pengukuran tingkat keberagamaan seseorang dapat ditelusuri
melalui rutinitas pelaksanaan ibadahnya dan penampilannya melalui akhlaknya.
DAFTAR PUSTAKA
DepDikBud, Kamus
Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1989
Thoulless, Robert. Pengantar Psikologi
Agama. Jakarta: Rajawali Press. 1992
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta: Bulan Bintang 1997
Bahtiar, Amsal. Filsafat Agama.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997
Jalaluddin. Psikologi Agama. Edisi
revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2002
http://imron009.blogspot.com/2013/02/psikologi-agama-kematangan-beragama.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar